Cerita sex Les Private


http://baca-anmemek.blogspot.com/
Fanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah
cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah
serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung
mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah
dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan
wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek
menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan
terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi.
Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada
dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang
sifatnya masih kekanakan.
Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya
ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau
terlalu kurus.
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika
di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai
sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya
ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar
depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-
buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna
kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak
seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung
di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi
oleh warna dinding yang serasi.
Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan
tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang
membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata
sangat artistik sehingga terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar
pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan
tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik
mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh
tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah
bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata
dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya.
Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum
padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya
kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan
lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam
telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat
merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui
jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, "Fan,
kamu tampak lebih cantik kalau
tersenyum seperti itu". Kata- kataku membuat gadis itu
merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit
pahaku sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu
bersemu merah.
"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar",lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil,
caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat
duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus
bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus
melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi,
ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai
dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil
tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan lamunanku,
kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan
gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu,
ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku
dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-
bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan
menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum
yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium
hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar
bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan
berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan,
tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam
hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap
pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya
agak tergetar.
"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku
sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng,
"Belum, ulang dong Kak!", sahutnya. Kemudian aku
mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan
kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil
menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi
tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap
punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat
merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya
semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan
senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya
semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama
sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya
terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang
lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai
perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai
mencoba menarik perhatianku.
Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas
pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang
menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut,
dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu,
perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa
menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan
kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny
menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak
didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan
instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Fanny
menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba
dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan
kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku,
"Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh
dewasa Fan", gumamku lirih.
pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya
bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya.
Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya
meletakkan kepalanya di dadaku,
 "Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil
membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku
bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian
turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa
kali. Fanny merasa angan- angannya melambung, entah
kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya,
mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati
belaian-belaian lembut itu.
"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu
sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul
bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke
telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini
pasti belum pernah dialaminya.
Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk
cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak
berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut
penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan
halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum
bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku
yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum
dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat
yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung.
 "Uuhh..!", hatinya
tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman
hangatku.
"Aaahh..", dia mendesah merasakan remasanku lembut
di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa
melarang. Dia diam saja,
remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.
"Dadamu sangat indah Fan",
sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk,
bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak
untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama
remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin
menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
"Aaahh", Fanny mendesah
kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya
bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh
lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya,
hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan
kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara
degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai
puncak kenikmatan.
Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah
dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya,
tangannya mencoba menahannya.
"Jangan nanti dilihat orang",
pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan
membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus
mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya
kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat
kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang
bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman,
semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada
yang putih mulus itu makin terbuka.
"Auuuhh", bibirku mulai
bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya
yang putih mulus. "Aaaahh", dia makin mendesah dan
merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya.
"Tubuhmu wangi sekali",
kembali rayuan itu
membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan
menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak
kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya
dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya
dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir
hangatku beralih menelusuri dadanya.
"Uhh.!", tanganku menarik
bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian
jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari
lembut di atas perutnya.
"Auuuhh" membuatnya
menggelinjang nikmat, perasaannya melambung
mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa
makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi
ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium
bibirnya. "Ooohh", terdengar desah Fanny yang semakin
terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas
perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus
dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi
dengan mengatur pernafasanku, aku terus
mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu,
kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak
terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan
makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah
saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka
kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di
bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
"Aaahh.. Uuuhh. ooohh", Fanny
menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan
mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai
berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia
merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya
yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat
hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh..ahh". Fanny mulai menunjukkan
tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka
kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya
menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara
birahinya makin memuncak.
"Ngghh.. ", vaginanya yang
basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut
ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan
branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat
tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup
apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku
menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum
dengan dua gunung indah yang masih perawan yang
menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh
siapapun selain dirinya sendiri.
Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan
di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku
berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin
melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan
gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa
membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu
Fanny menggelinjang, "Ahh.. uuuhh.. aaahh". Pengalaman
pertamanya ini membuat angan-angannya terbang
tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu
terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya
yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.
"Aaahh..!", dia merintih geli dan
makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa
membanjir. Birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh", rintihnya
makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada
gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka
kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu
kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat
Fanny akan membalas memagutnya, telapak
tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas
kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan
menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal
lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya
bertambah geli dan nikmat.
"Geli.. ahh.. ohh!"
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya
dikulum, dijilati dan dihisap lembut.
"Uuuhh.!", dia makin
mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli,
membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih
dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas,
hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku
melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang
tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan
terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha
putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku
merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus
mempermainkan buah dada gadis itu.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh..uhh", terdengar gadis itu
merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka
kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu,
seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu.
Rangsangan yang membuat birahinya memuncak
membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
"Jangan Kak.. aahh", tapi aku
tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu
menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya.
Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah
itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya
tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
"Uuuhh", ketika membalikkan
badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana
dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu.
"Aaahh". Fanny mulai merapatkan kakinya, ada
perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh
nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya.
"Ahh..", dia diam saja saat aku
kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke
bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan
merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik
celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda
yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia
kaget dan menarik tangannya.
"Aaahh", Fanny tak kuberikan
kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali
memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan
indahnya di atas tonjolan dada.
Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat
birahinya makin memuncak.
"Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh",
sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik
turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih
mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya,
karena nikmat, tanganku mulai
menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap
lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal
paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan
indahnya bergantian.
"Teruuuss.. aaahh.. uuuhh",
karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-
jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus
vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak
sampai kepala.
"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis
itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat
Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba
mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan
mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut
dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya
makin membara.
"Ahh.. teruusss ooh", Fanny merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan
mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis
itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak
peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga
celana itu terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak
semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat
bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus.
Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan
puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus
memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil
terus mengelus bibir vagina makin membanjir.
 "Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh".
Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung
kepala. "Kak.. aahh", Fanny tak tahan lagi dan tangannya
menyusup di bawah celana dalamku dan memegang
serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak
merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan
gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta
untuk bertindak lebih jauh lagi.
Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar
dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis
itu terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny
kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu
yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru
pertama kali dia melihat benda itu.
Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak
peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang
dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan
dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya
tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di
tengahnya.
Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan
serdadu yang tegak berdiri.
Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat,
mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh
tubuhnya.
Kuluman di puting susu yang disertai dengan
gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan
dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat
tersendiri.
 "Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh", birahinya
memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan,
dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.
"Kak.. ahh!", dia tak dapat lagi
menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke
lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku
menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang
terasa sangat geli dan gatal.
"Uuuhh.. aaahh", tapi aku malah memainkan topi baja
serdaduku sampai menyenggol- nyenggol selaput daranya.
"Ooohh Kak masukkan ahh",
gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan
penuh kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan- pelan aku terus
mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras,
hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.
"Ooohh Kak masukkan aaahh",
di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting
susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas,
serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput
daranya, Sreetts "Aduuhh.. aahh", tangannya
mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa
lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit,
saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang
besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan
bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai
setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati.
"Ahh", dia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina
yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum
terbiasa dan belum elastis.
Burung itu masuk lagi
setengahnya dan..
Sreeets"Ohh..", kali ini tidak ada rasa sakit,
Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu
keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang
dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh", serdaduku terus
menghunjam semakin dalam.
Ditarik lagi, "Aaahh", masuk lagi. "Ahh, terus ahh.. uhh",
lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga
burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa
kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala,
perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai
bergeter getar dan mengejang, dan tak
tertahankan lagi.
"Aaahh,ooohh, aaahh" vaginanya
berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai
puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti
dirinya.
Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas
seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin
cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny,
 "Kak..ahh.. ssst.. ahh.. uhh", Fanny
merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali.
Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga
denganku.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!",
kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan.
Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa
serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina
gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan
itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya
supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat
puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
"Bagaimana kalau Fanny hamil Kak",
katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air
mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa
Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus
subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir
yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang.
Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan
dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan
menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas
dipelukanku yang telah menjadikannya seorang
perempuan.
Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar
mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk
yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan
sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya.
Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya
kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium
pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<T A M A T>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Wajib komentar
readmore »»  

Cerita Sex Sahabat


http://baca-anmemek.blogspot.com/
Kata orang, sahabatan antara cewek dan cowok adalah sesuatu yang enggak mungkin. Hmm… mungkin ada benarnya kalo melihat persahabatan aku dengan Lia, seorang gadis imut teman sekelasku sewaktu kuliah.Aku mulai bersahabat dengan Lia sejak aku masuk kuliah.
Sampai lulus kuliahpun kami tetap bersahabat. Hmm… dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai Lia, gadis imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku. Tapi sial, Lia selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda dan sama-sama berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia ke rumahku sebentar sebelum kembali ke bandung. Orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung, relatif gak ada macet,
dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat sebelum kembali ke bandung. Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku kosong.
“Wah, pada kemana nih ??” kataku ke Lia
“Telepon aja yan !” kata Lia padaku
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku.
“Ma.. Ada dimana ?” tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung.
“Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu” jawab mamaku lewat telpon.
Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain.
“Kalo kamu mau masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin kedia” suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah rumahku.
“Ya udah deh, aku ambil ke tante erni”.jawabku.
Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni. Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk.
“Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar” kataku ke Lia sambil menunjukkan kamar kecil kedia.
“Oke deh” jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.
Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata Lia sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga. Lia mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya,
kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Tubuh Lia memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi. Aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar. Aku selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya anak nanti.
“Lagi nonton apa ?” tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruang keluarga.
“He..he..he.. gosip !” tawa renyahnya keluar saat menjawabku.
Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya sewaktu menonton,
seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya.
“Yan, aku kekamar kecil dulu ya” katanya dan segera bangkit.
Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku. Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
“Rambut kamu bagus” kataku memecah keheningan.
Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv. Keberanianku makin banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya. Lia menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak cukup, aku memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah semangat, apalagi Lia membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku. Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas dengan memainkan lidahnya.
“Clop..clop..clop…” suara sedotan-sedotan ciuman kami.
Aku mendorong tubuh Lia untuk rebahan di sofa besar ini.Posisi kami sekarang lebih enak, Lia terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Aku remas perlahan.
“Hmmm…” lenguhnya agak marah.
Aku tarik tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku. Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut sekali Lia marah, tapi ternyata……. Lia malah menekan tanganku supaya meremas payudaranya. Atas “izinnya” itu aku mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian. Aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm… kenyal dan bulat sekali payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini.Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke payudaranya.
“Akh…Akh..Akh…” lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas payudaranya.
“Sebentar yan…” lia bangkit.
Kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali rebahan. Akumengangkat kaus Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara Lia yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.Aku memberanikan diri untuk mengecup payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-remasnya.
“Akhhh… Akh…Akh…” lenguhan Lia makin keras.
Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, Lia membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang keenakan. Nafsuku sudah naik diubu-nubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku berusaha menahan, Lia masih perawan. Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia menuntun tanganku untuk meremas kembali payudaranya. Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut menggoyang pinggulnya sehingga gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian lengkap, cuma kaos Lia yang terangkat karena aku meremas payudaranya langsung. Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vagina perawan Lia. Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan.
“Ahh.. Ahh.. Ah…”.
Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu. Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku ke belahan vagina Lia.
“Akhhhhh.. Akh… Akhh..” Lia makin mengelinjang.
Aku coba menusuk penis kevaginanya sedikit keras.
“Aduh !!!” teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku “Plak !!”.
Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.
“Rian kamu jahat !!!” pekiknya kemudian mulai menangis.
“Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau” kilahku.
“Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini” katanya sambil menangis.
“Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu” jawabku.Lia menutup mukanya sambil menangis.
Hmmn…. aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata
“Ayo kita pulang..” Dia mengatakan itu dengan muka marah.
Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas. Sepanjang perjalanan Lia hanya
terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar. Di puncak pass, aku berhenti.
“Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan” ajakku ke Lia.
Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
“Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya…. Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang” kataku ke Lia.
Lia hanya terdiam.Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Lia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis, aku lapar sekali.
“Lia… aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya” kataku.
Lia memandangku tajam.
“Maaf ya…” ulangku.
Lia menghela nafas, kemudian berkata kecil
“Iya aku maafin……”.
Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. “Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya” kataku.
Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya. Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung. Aku sungguh merasa tidak enak.
“Lia, ada masalah lagi ?” tanyaku.
Lia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan.
“Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi….”Aku sungguh terkejut.
“Apa ???” tanyaku tercengang.
“Ya udah kalo gak mau” katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ. Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
“Lia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu” kataku di telinganya.
“Aku juga sayang kamu Rian” jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Lia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya.
“Hmnmm.. Hmmm..” lenguh Lia tertahan.
Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Lia bertindak lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat lia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai. Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya. Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Lia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh. Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya.
“Agh,.. agh…. aghk…” lenguhnya merespon sedotanku.
Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Lia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm… dia tersenyum dengan keadaan bugil !Aku naik keatas untuk menciumnya lagi,
tapi ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku.
“Yan buka dong, masa aku aja” katanya.
Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Saat aku kembali Lia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa.
“Mau apa ?” katanya menggoda.
“he..he..he..” tawaku.
tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu. Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya.
“ehhh…ehh…” lenguh tertahan Lia pelan.
“Lia… aku masukin ya..” pintaku lembut.
Lia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya.
“Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok” kataku menenangkan dia yang terlihat gugup.
“Pelan-pelan ya Yan..” katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku.
“aaaakh…” rintih Lia
“sakit yan”
Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam.
“sakiiiiitt…..” rintih Lia pelan.
Sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Lia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup. Akhirnya aku dorong kuat.
“AKHHHH…” teriak Lia.
“Sakit Yan….”.
Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar “Ah…ah…ahhh…”.
Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah.
“Akh…akh..” lenguh Lia.
Yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku kedalam vaginanya. Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba bangkit.
“aaa… Rian mo kemana ?” kata Lia sambil memelukku erat.
Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela.
“Ganti posisi ya biar enak” kataku.
“Gini aja yan, aku pengen dipeluk…please…” katanya memohon.
Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar masukkan penisku divaginanya, mungkin Lia memang perlu dipeluk supaya tenang. Maklum ini pertama kalinya buat dia.
Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali
“Rian mo kemana ?” katanya lagi dengan nada lebih tinggi.
Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku.
“Lia… ikut goyang ya, biar enak” kataku ke Lia.
Lia mulai menggoyang pinggulnya.
“Enak yan….” katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang.
He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah yang dia mau. Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. Lia tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang Lia menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiri Tak lama Lia ambruk ke dadaku.
“Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget” katanya ngos-ngosan.
Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar sekali.
“Hgh..Hgh..Hgh….” lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat
“AKHHHHH…..”pekiknya.
Lia mencapai orgasme pertamanya.Aku menghentikkan goyanganku, memberikan Lia kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya direntangkan.
“Rian aku udah…” katanya pelan.
Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting…
“Sedikit lagi ya Lia…” pintaku halus.
Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. Kali ini Lia benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya.
“He..he..he.. lucu..” tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya.
“Wah…. ” kataku.
“Ya udah kita bersihin dulu yuk” ajakku ke kamar madi.
Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil. Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua.
“Rian….” panggil Lia yang masih tidur didadaku pelan.
“Ya sayang…?” jawabku.
“Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku” katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata “Tentu aja sayang…”
kemudian aku mengecup keningnya. Kemudian kami berpelukan sampai tertidu

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<T A M A T>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Wajib Komentar
readmore »»  

benteng keraton GOA ARUNG PALAKKA

GOA ARUNG PALAKKA
Berhubung banyak dari rekan2 group bertanya tentang Goa Arung Palakka Maka Admin menguploadnya ke Group..Tampak Pintu Masuk menuju Goa Arung Palakka (Lawana Kampebhuni) dan Goa Arung Palakka..Disinilah Lokasi Persembunyian Arung Palakka Ketika dikejar pasukan kerajaan Goa di Buton ..Goa ini berada disisi Timur Benteng Keraton Buton..jaraknya 200 Meter dari pintu Masuk (Goa Kampebhuni)..jalan setapak menuju goa telah disemen...
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

Ceriata Sex Dengan Sahabat

http://baca-anmemek.blogspot.com/
Kata orang, sahabatan antara cewek dan cowok adalah sesuatu yang enggak mungkin. Hmm… mungkin ada benarnya kalo melihat persahabatan aku dengan Lia, seorang gadis imut teman sekelasku sewaktu kuliah.Aku mulai bersahabat dengan Lia sejak aku masuk kuliah.
Sampai lulus kuliahpun kami tetap bersahabat. Hmm… dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai Lia, gadis imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku. Tapi sial, Lia selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda dan sama-sama berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia ke rumahku sebentar sebelum kembali ke bandung. Orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung, relatif gak ada macet,
dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat sebelum kembali ke bandung. Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku kosong.
“Wah, pada kemana nih ??” kataku ke Lia
“Telepon aja yan !” kata Lia padaku
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku.
“Ma.. Ada dimana ?” tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung.
“Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu” jawab mamaku lewat telpon.
Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain.
“Kalo kamu mau masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin kedia” suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah rumahku.
“Ya udah deh, aku ambil ke tante erni”.jawabku.
Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni. Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk.
“Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar” kataku ke Lia sambil menunjukkan kamar kecil kedia.
“Oke deh” jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.
Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata Lia sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga. Lia mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya,
kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Tubuh Lia memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi. Aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar. Aku selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya anak nanti.
“Lagi nonton apa ?” tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruang keluarga.
“He..he..he.. gosip !” tawa renyahnya keluar saat menjawabku.
Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya sewaktu menonton,
seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya.
“Yan, aku kekamar kecil dulu ya” katanya dan segera bangkit.
Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku. Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
“Rambut kamu bagus” kataku memecah keheningan.
Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv. Keberanianku makin banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya. Lia menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak cukup, aku memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah semangat, apalagi Lia membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku. Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas dengan memainkan lidahnya.
“Clop..clop..clop…” suara sedotan-sedotan ciuman kami.
Aku mendorong tubuh Lia untuk rebahan di sofa besar ini.Posisi kami sekarang lebih enak, Lia terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Aku remas perlahan.
“Hmmm…” lenguhnya agak marah.
Aku tarik tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku. Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut sekali Lia marah, tapi ternyata……. Lia malah menekan tanganku supaya meremas payudaranya. Atas “izinnya” itu aku mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian. Aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm… kenyal dan bulat sekali payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini.Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke payudaranya.
“Akh…Akh..Akh…” lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas payudaranya.
“Sebentar yan…” lia bangkit.
Kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali rebahan. Akumengangkat kaus Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara Lia yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.Aku memberanikan diri untuk mengecup payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-remasnya.
“Akhhh… Akh…Akh…” lenguhan Lia makin keras.
Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, Lia membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang keenakan. Nafsuku sudah naik diubu-nubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku berusaha menahan, Lia masih perawan. Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia menuntun tanganku untuk meremas kembali payudaranya. Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut menggoyang pinggulnya sehingga gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian lengkap, cuma kaos Lia yang terangkat karena aku meremas payudaranya langsung. Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vagina perawan Lia. Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan.
“Ahh.. Ahh.. Ah…”.
Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu. Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku ke belahan vagina Lia.
“Akhhhhh.. Akh… Akhh..” Lia makin mengelinjang.
Aku coba menusuk penis kevaginanya sedikit keras.
“Aduh !!!” teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku “Plak !!”.
Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.
“Rian kamu jahat !!!” pekiknya kemudian mulai menangis.
“Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau” kilahku.
“Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini” katanya sambil menangis.
“Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu” jawabku.Lia menutup mukanya sambil menangis.
Hmmn…. aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata
“Ayo kita pulang..” Dia mengatakan itu dengan muka marah.
Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas. Sepanjang perjalanan Lia hanya
terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar. Di puncak pass, aku berhenti.
“Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan” ajakku ke Lia.
Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
“Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya…. Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang” kataku ke Lia.
Lia hanya terdiam.Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Lia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis, aku lapar sekali.
“Lia… aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya” kataku.
Lia memandangku tajam.
“Maaf ya…” ulangku.
Lia menghela nafas, kemudian berkata kecil
“Iya aku maafin……”.
Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. “Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya” kataku.
Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya. Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung. Aku sungguh merasa tidak enak.
“Lia, ada masalah lagi ?” tanyaku.
Lia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan.
“Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi….”Aku sungguh terkejut.
“Apa ???” tanyaku tercengang.
“Ya udah kalo gak mau” katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ. Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
“Lia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu” kataku di telinganya.
“Aku juga sayang kamu Rian” jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Lia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya.
“Hmnmm.. Hmmm..” lenguh Lia tertahan.
Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Lia bertindak lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat lia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai. Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya. Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Lia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh. Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya.
“Agh,.. agh…. aghk…” lenguhnya merespon sedotanku.
Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Lia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm… dia tersenyum dengan keadaan bugil !Aku naik keatas untuk menciumnya lagi,
tapi ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku.
“Yan buka dong, masa aku aja” katanya.
Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Saat aku kembali Lia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa.
“Mau apa ?” katanya menggoda.
“he..he..he..” tawaku.
tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu. Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya.
“ehhh…ehh…” lenguh tertahan Lia pelan.
“Lia… aku masukin ya..” pintaku lembut.
Lia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya.
“Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok” kataku menenangkan dia yang terlihat gugup.
“Pelan-pelan ya Yan..” katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku.
“aaaakh…” rintih Lia
“sakit yan”
Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam.
“sakiiiiitt…..” rintih Lia pelan.
Sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Lia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup. Akhirnya aku dorong kuat.
“AKHHHH…” teriak Lia.
“Sakit Yan….”.
Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar “Ah…ah…ahhh…”.
Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah.
“Akh…akh..” lenguh Lia.
Yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku kedalam vaginanya. Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba bangkit.
“aaa… Rian mo kemana ?” kata Lia sambil memelukku erat.
Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela.
“Ganti posisi ya biar enak” kataku.
“Gini aja yan, aku pengen dipeluk…please…” katanya memohon.
Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar masukkan penisku divaginanya, mungkin Lia memang perlu dipeluk supaya tenang. Maklum ini pertama kalinya buat dia.
Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali
“Rian mo kemana ?” katanya lagi dengan nada lebih tinggi.
Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku.
“Lia… ikut goyang ya, biar enak” kataku ke Lia.
Lia mulai menggoyang pinggulnya.
“Enak yan….” katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang.
He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah yang dia mau. Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. Lia tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang Lia menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiri Tak lama Lia ambruk ke dadaku.
“Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget” katanya ngos-ngosan.
Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar sekali.
“Hgh..Hgh..Hgh….” lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat
“AKHHHHH…..”pekiknya.
Lia mencapai orgasme pertamanya.Aku menghentikkan goyanganku, memberikan Lia kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya direntangkan.
“Rian aku udah…” katanya pelan.
Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting…
“Sedikit lagi ya Lia…” pintaku halus.
Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. Kali ini Lia benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya.
“He..he..he.. lucu..” tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya.
“Wah…. ” kataku.
“Ya udah kita bersihin dulu yuk” ajakku ke kamar madi.
Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil. Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua.
“Rian….” panggil Lia yang masih tidur didadaku pelan.
“Ya sayang…?” jawabku.
“Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku” katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata “Tentu aja sayang…”
kemudian aku mengecup keningnya. Kemudian kami berpelukan sampai tertidu

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<T A M A T>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
readmore »»