Fanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah
cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah
serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung
mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah
dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan
wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek
menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan
terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi.
cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah
serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung
mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah
dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan
wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek
menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan
terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi.
Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada
dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang
sifatnya masih kekanakan.
Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya
ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau
terlalu kurus.
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika
di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai
sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya
ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar
depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-
buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna
kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak
seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung
di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi
oleh warna dinding yang serasi.
Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan
tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang
membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata
sangat artistik sehingga terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar
pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan
tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik
mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh
tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah
bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata
dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya.
Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum
padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya
kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan
lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam
telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat
merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui
jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, "Fan,
kamu tampak lebih cantik kalau
tersenyum seperti itu". Kata- kataku membuat gadis itu
merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit
pahaku sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu
bersemu merah.
"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar",lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil,
caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat
duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus
bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus
melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi,
ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai
dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil
tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan lamunanku,
kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan
gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu,
ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku
dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-
bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan
menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum
yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium
hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar
bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan
berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan,
tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam
hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap
pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya
agak tergetar.
"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku
sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng,
"Belum, ulang dong Kak!", sahutnya. Kemudian aku
mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan
kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil
menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi
tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap
punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat
merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya
semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan
senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya
semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama
sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya
terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang
lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai
perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai
mencoba menarik perhatianku.
Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas
pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang
menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut,
dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu,
perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa
menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan
kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny
menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak
didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan
instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Fanny
menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba
dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan
kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku,
"Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh
dewasa Fan", gumamku lirih.
pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya
bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya.
Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya
meletakkan kepalanya di dadaku,
"Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil
membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku
bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian
turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa
kali. Fanny merasa angan- angannya melambung, entah
kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya,
mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati
belaian-belaian lembut itu.
"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu
sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul
bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke
telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini
pasti belum pernah dialaminya.
Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk
cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak
berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut
penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan
halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum
bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku
yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum
dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat
yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung.
"Uuhh..!", hatinya
tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman
hangatku.
"Aaahh..", dia mendesah merasakan remasanku lembut
di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa
melarang. Dia diam saja,
remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.
"Dadamu sangat indah Fan",
sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk,
bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak
untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama
remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin
menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
"Aaahh", Fanny mendesah
kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya
bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh
lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya,
hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan
kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara
degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai
puncak kenikmatan.
Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah
dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya,
tangannya mencoba menahannya.
"Jangan nanti dilihat orang",
pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan
membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus
mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya
kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat
kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang
bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman,
semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada
yang putih mulus itu makin terbuka.
"Auuuhh", bibirku mulai
bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya
yang putih mulus. "Aaaahh", dia makin mendesah dan
merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya.
"Tubuhmu wangi sekali",
kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan
menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak
kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya
dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya
dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir
hangatku beralih menelusuri dadanya.
"Uhh.!", tanganku menarik
bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian
jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari
lembut di atas perutnya.
"Auuuhh" membuatnya
menggelinjang nikmat, perasaannya melambung
mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa
makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi
ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium
bibirnya. "Ooohh", terdengar desah Fanny yang semakin
terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas
perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus
dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi
dengan mengatur pernafasanku, aku terus
mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu,
kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak
terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan
makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah
saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka
kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di
bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
"Aaahh.. Uuuhh. ooohh", Fanny
menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan
mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai
berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia
merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya
yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat
hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh..ahh". Fanny mulai menunjukkan
tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka
kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya
menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara
birahinya makin memuncak.
"Ngghh.. ", vaginanya yang
basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut
ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan
branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat
tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup
apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku
menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum
dengan dua gunung indah yang masih perawan yang
menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh
siapapun selain dirinya sendiri.
Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan
di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku
berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin
melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan
gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa
membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu
Fanny menggelinjang, "Ahh.. uuuhh.. aaahh". Pengalaman
pertamanya ini membuat angan-angannya terbang
tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu
terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya
yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.
"Aaahh..!", dia merintih geli dan
makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa
membanjir. Birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh", rintihnya
makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada
gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka
kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu
kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat
Fanny akan membalas memagutnya, telapak
tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas
kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan
menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal
lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya
bertambah geli dan nikmat.
"Geli.. ahh.. ohh!"
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya
dikulum, dijilati dan dihisap lembut.
"Uuuhh.!", dia makin
mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli,
membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih
dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas,
hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku
melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang
tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan
terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha
putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku
merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus
mempermainkan buah dada gadis itu.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh..uhh", terdengar gadis itu
merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka
kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu,
seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu.
Rangsangan yang membuat birahinya memuncak
membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
"Jangan Kak.. aahh", tapi aku
tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu
menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya.
Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah
itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya
tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
"Uuuhh", ketika membalikkan
badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana
dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu.
"Aaahh". Fanny mulai merapatkan kakinya, ada
perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh
nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya.
"Ahh..", dia diam saja saat aku
kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke
bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan
merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik
celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda
yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia
kaget dan menarik tangannya.
"Aaahh", Fanny tak kuberikan
kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali
memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan
indahnya di atas tonjolan dada.
Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat
birahinya makin memuncak.
"Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh",
sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik
turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih
mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya,
karena nikmat, tanganku mulai
menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap
lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal
paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan
indahnya bergantian.
"Teruuuss.. aaahh.. uuuhh",
karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-
jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus
vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak
sampai kepala.
"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis
itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat
Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba
mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan
mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut
dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya
makin membara.
"Ahh.. teruusss ooh", Fanny merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan
mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis
itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak
peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga
celana itu terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak
semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat
bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus.
Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan
puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus
memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil
terus mengelus bibir vagina makin membanjir.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh".
Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung
kepala. "Kak.. aahh", Fanny tak tahan lagi dan tangannya
menyusup di bawah celana dalamku dan memegang
serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak
merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan
gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta
untuk bertindak lebih jauh lagi.
Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar
dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis
itu terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny
kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu
yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru
pertama kali dia melihat benda itu.
Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak
peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang
dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan
dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya
tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di
tengahnya.
Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan
serdadu yang tegak berdiri.
Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat,
mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh
tubuhnya.
Kuluman di puting susu yang disertai dengan
gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan
dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat
tersendiri.
"Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh", birahinya
memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan,
dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.
"Kak.. ahh!", dia tak dapat lagi
menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke
lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku
menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang
terasa sangat geli dan gatal.
"Uuuhh.. aaahh", tapi aku malah memainkan topi baja
serdaduku sampai menyenggol- nyenggol selaput daranya.
"Ooohh Kak masukkan ahh",
gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan
penuh kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan- pelan aku terus
mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras,
hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.
"Ooohh Kak masukkan aaahh",
di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting
susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas,
serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput
daranya, Sreetts "Aduuhh.. aahh", tangannya
mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa
lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit,
saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang
besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan
bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai
setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati.
"Ahh", dia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina
yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum
terbiasa dan belum elastis.
Burung itu masuk lagi
setengahnya dan..
Sreeets"Ohh..", kali ini tidak ada rasa sakit,
Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu
keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang
dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh", serdaduku terus
menghunjam semakin dalam.
Ditarik lagi, "Aaahh", masuk lagi. "Ahh, terus ahh.. uhh",
lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga
burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa
kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala,
perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai
bergeter getar dan mengejang, dan tak
tertahankan lagi.
"Aaahh,ooohh, aaahh" vaginanya
berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai
puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti
dirinya.
Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas
seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin
cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny,
"Kak..ahh.. ssst.. ahh.. uhh", Fanny
merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali.
Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga
denganku.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!",
kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan.
Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa
serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina
gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan
itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya
supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat
puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
"Bagaimana kalau Fanny hamil Kak",
katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air
mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa
Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus
subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir
yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang.
Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan
dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan
menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas
dipelukanku yang telah menjadikannya seorang
perempuan.
Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar
mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk
yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan
sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya.
Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya
kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium
pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.
dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang
sifatnya masih kekanakan.
Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya
ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau
terlalu kurus.
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika
di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai
sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya
ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar
depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-
buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna
kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak
seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung
di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi
oleh warna dinding yang serasi.
Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan
tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang
membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata
sangat artistik sehingga terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar
pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan
tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik
mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh
tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah
bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata
dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya.
Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum
padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya
kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan
lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam
telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat
merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui
jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, "Fan,
kamu tampak lebih cantik kalau
tersenyum seperti itu". Kata- kataku membuat gadis itu
merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit
pahaku sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Fan?", godaku sambil menatap Fanny.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu
bersemu merah.
"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar",lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil,
caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat
duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus
bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus
melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi,
ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai
dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil
tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", suara Fanny mengagetkan lamunanku,
kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan
gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu,
ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku
dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-
bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan
menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum
yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium
hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar
bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan
berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan,
tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam
hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap
pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya
agak tergetar.
"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku
sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng,
"Belum, ulang dong Kak!", sahutnya. Kemudian aku
mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan
kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil
menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi
tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap
punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat
merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya
semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan
senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya
semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama
sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya
terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang
lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai
perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai
mencoba menarik perhatianku.
Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas
pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang
menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut,
dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu,
perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa
menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan
kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny
menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak
didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan
instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Fanny
menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba
dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan
kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku,
"Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh
dewasa Fan", gumamku lirih.
pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya
bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya.
Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya
meletakkan kepalanya di dadaku,
"Ahh..", Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil
membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku
bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian
turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa
kali. Fanny merasa angan- angannya melambung, entah
kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya,
mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati
belaian-belaian lembut itu.
"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu
sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul
bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke
telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini
pasti belum pernah dialaminya.
Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk
cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak
berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut
penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan
halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum
bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku
yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum
dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat
yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung.
"Uuhh..!", hatinya
tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman
hangatku.
"Aaahh..", dia mendesah merasakan remasanku lembut
di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa
melarang. Dia diam saja,
remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.
"Dadamu sangat indah Fan",
sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk,
bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak
untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama
remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin
menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
"Aaahh", Fanny mendesah
kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya
bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh
lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya,
hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan
kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara
degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai
puncak kenikmatan.
Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah
dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya,
tangannya mencoba menahannya.
"Jangan nanti dilihat orang",
pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan
membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus
mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya
kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat
kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang
bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman,
semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada
yang putih mulus itu makin terbuka.
"Auuuhh", bibirku mulai
bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya
yang putih mulus. "Aaaahh", dia makin mendesah dan
merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya.
"Tubuhmu wangi sekali",
kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan
menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak
kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya
dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya
dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir
hangatku beralih menelusuri dadanya.
"Uhh.!", tanganku menarik
bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian
jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari
lembut di atas perutnya.
"Auuuhh" membuatnya
menggelinjang nikmat, perasaannya melambung
mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa
makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi
ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium
bibirnya. "Ooohh", terdengar desah Fanny yang semakin
terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas
perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus
dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi
dengan mengatur pernafasanku, aku terus
mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu,
kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak
terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan
makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah
saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka
kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di
bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
"Aaahh.. Uuuhh. ooohh", Fanny
menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan
mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai
berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia
merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya
yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat
hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh..ahh". Fanny mulai menunjukkan
tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka
kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya
menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara
birahinya makin memuncak.
"Ngghh.. ", vaginanya yang
basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut
ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan
branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat
tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup
apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku
menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum
dengan dua gunung indah yang masih perawan yang
menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh
siapapun selain dirinya sendiri.
Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan
di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku
berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin
melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan
gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa
membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu
Fanny menggelinjang, "Ahh.. uuuhh.. aaahh". Pengalaman
pertamanya ini membuat angan-angannya terbang
tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu
terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya
yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.
"Aaahh..!", dia merintih geli dan
makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa
membanjir. Birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh", rintihnya
makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada
gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka
kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu
kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat
Fanny akan membalas memagutnya, telapak
tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas
kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan
menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal
lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya
bertambah geli dan nikmat.
"Geli.. ahh.. ohh!"
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya
dikulum, dijilati dan dihisap lembut.
"Uuuhh.!", dia makin
mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli,
membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih
dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas,
hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku
melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang
tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan
terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha
putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku
merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus
mempermainkan buah dada gadis itu.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh..uhh", terdengar gadis itu
merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka
kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu,
seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu.
Rangsangan yang membuat birahinya memuncak
membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
"Jangan Kak.. aahh", tapi aku
tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu
menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya.
Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah
itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya
tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
"Uuuhh", ketika membalikkan
badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana
dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu.
"Aaahh". Fanny mulai merapatkan kakinya, ada
perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh
nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya.
"Ahh..", dia diam saja saat aku
kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke
bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan
merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik
celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda
yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia
kaget dan menarik tangannya.
"Aaahh", Fanny tak kuberikan
kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali
memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan
indahnya di atas tonjolan dada.
Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat
birahinya makin memuncak.
"Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh",
sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik
turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih
mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya,
karena nikmat, tanganku mulai
menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap
lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal
paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan
indahnya bergantian.
"Teruuuss.. aaahh.. uuuhh",
karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-
jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus
vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak
sampai kepala.
"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis
itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat
Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba
mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan
mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut
dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya
makin membara.
"Ahh.. teruusss ooh", Fanny merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan
mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis
itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak
peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga
celana itu terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak
semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat
bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus.
Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan
puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus
memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil
terus mengelus bibir vagina makin membanjir.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh".
Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung
kepala. "Kak.. aahh", Fanny tak tahan lagi dan tangannya
menyusup di bawah celana dalamku dan memegang
serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak
merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan
gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta
untuk bertindak lebih jauh lagi.
Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar
dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis
itu terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny
kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu
yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru
pertama kali dia melihat benda itu.
Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak
peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang
dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan
dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya
tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di
tengahnya.
Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan
serdadu yang tegak berdiri.
Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat,
mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh
tubuhnya.
Kuluman di puting susu yang disertai dengan
gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan
dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat
tersendiri.
"Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh", birahinya
memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan,
dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.
"Kak.. ahh!", dia tak dapat lagi
menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke
lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku
menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang
terasa sangat geli dan gatal.
"Uuuhh.. aaahh", tapi aku malah memainkan topi baja
serdaduku sampai menyenggol- nyenggol selaput daranya.
"Ooohh Kak masukkan ahh",
gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan
penuh kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan- pelan aku terus
mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras,
hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.
"Ooohh Kak masukkan aaahh",
di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting
susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas,
serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput
daranya, Sreetts "Aduuhh.. aahh", tangannya
mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa
lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit,
saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang
besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan
bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai
setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati.
"Ahh", dia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina
yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum
terbiasa dan belum elastis.
Burung itu masuk lagi
setengahnya dan..
Sreeets"Ohh..", kali ini tidak ada rasa sakit,
Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu
keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang
dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh", serdaduku terus
menghunjam semakin dalam.
Ditarik lagi, "Aaahh", masuk lagi. "Ahh, terus ahh.. uhh",
lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga
burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa
kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala,
perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai
bergeter getar dan mengejang, dan tak
tertahankan lagi.
"Aaahh,ooohh, aaahh" vaginanya
berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai
puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti
dirinya.
Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas
seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin
cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny,
"Kak..ahh.. ssst.. ahh.. uhh", Fanny
merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali.
Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga
denganku.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!",
kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan.
Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa
serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina
gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan
itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya
supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat
puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
"Bagaimana kalau Fanny hamil Kak",
katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air
mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa
Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus
subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir
yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang.
Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan
dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan
menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas
dipelukanku yang telah menjadikannya seorang
perempuan.
Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar
mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk
yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan
sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya.
Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya
kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium
pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<T A M A T>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Wajib komentar