benteng keraton "STRUKTUR JABATAN KESULTANAN BUTON"

STRUKTUR JABATAN KESULTANAN BUTON

Struktur Jabatan Kesultanan Buton bersumber pada sifat kemanusiaan Martabat Tujuh, yang tersusun ke dalam kepangkatan dan jabatan pelaksana secara hirarkis dari atas ke bawah. Susunan itu mengacu pada proses kejadian alam: Ketuhanan dan Kehambaan. Susunan itu tampak dalam proses kejadian Alam Ketuhanan dan Alam Kehambaan:

1. Alam Ketuhanan
• Ahdiah (La-Ta‘-Yun) = Zat = Sulthan
• Wahdiah (Ta‘-Yun-Awal) = Nur Zat = Sapati
• Wahidia (Ta‘-Yun-Tsani) = Nur Muhammad = Kenepulu
2. Alam Kehambaan:
• Alam Arwah = Nuthfah = Kapitalao
• Alam Mitsal = Alaqah = Bonto Ogena
• Alam Ijsam = Mudgah = Bonto Siolimbona/Bobato
• Alam Insan = Jisim insan = Parabela

1) Sultan sebagai penguasa yang tertinggi kerajaan itu dibantu beberapa pejabat yang tinggi di pusat dan pejabatpejabat di daerah. Secara umum, birokrasi Kesultanan Buton adalah seperti yang berikut:

2) Pangka atau pejabat teras (rijksgroten) atau dewan swapraja yang disandang golongan kaomu dan walaka, yang terdiri daripada
a) sapati (kaomu),
b) kenepulu (kaomu),
c) lakina surowalio (kaomu),
d) lakina baadia (kaomu);
e) dua orang kopitalao: kapitalao sukanayo dan matanayo (kaomu),
Kapitalao atau kapiten laut dalam bahasa Melayu adalah jabatan panglima perang di Kesultanan Buton. Kata matanayo bererti “dari matahari terbit” dan sukanayo bererti “menuju matahari terbenam”. Istilah itu dilekatkan kepada jabatan kapitalao dan bonto ogena untuk penunjuk wilayah wilayah kerajaan di sebelah timur dan barat yang menjadi wewenang masing-masing .
f) dua orang bonto ogena (menteri besar): bonto ogena sukanayo dan matanayo(walaka).

3) Sarana (Dewan) Wolio terdiri daripada semua bobato (kaomu) dan bonto (walaka).
Semua bobato dan bonto diberi sebuah desa atau sebidang tanah dalam 72 wilayah kadie untuk diawasi. Semula jumlah bonto 30 orang dan bobato 40 orang. Namun, jumlah itu bertambah seiring dengan pemekaran wilayahkadie. mencatat jumlah bobato 57 orang. Sembilan di antaranya disebut siolipuna, yang bererti sembilan negara kecil di bawah perintah seorang raja, dan membentuk sekutu asli . Mereka adalah Bontona Peropa, Bontona Baaluwu, Bontona Gundu2, Bontona Barangkatopa (mereka disebutpatalimbona, ‘empat pemukiman’), Bontona Siompu, Bontona Wandailo, Bontona Rakia, dan Bontona Melai. Semua dijabat oleh golongan walaka .

4) Siolimbona (sembilan kepala wilayah pemerintahan daerah) daripada golongan walaka yang menguasai adat dan bertugas menjaganya.

5) Sarana hukumu adalah badan yang mengurus dan mengawasi masalah yang berhubung dengan ajaran Islam dan ibadah. Mereka adalah lakina agama, imamu (imam) dan hatibi (khatib). Kesemua mereka berasal daripada golongan kaomu.

6) Kakitangan khas kesultanan meliputi bonto inunca atau kakitangan di istana (walaka); bontona lencina kanjawari, iaitu kakitangan khas yang membantu tugas-tugas tertentu (termasuk Bonto Isana dari golonganwalaka),
Anggota Bonto Inunca iaitu: Bontona Dete, Bontona Katapi, Bontona Waberongalu, Bontona Kalau, Bontona Wajo, Bontona Sumbamarusu, Bontona Litao, Bontona Tanailandu, Bontona Galampa dan 2 orang Bontona Gampikaro (Sukanayo dan Matanayo). Kesebelas orang bonto ini bertugas menjaga istana dan mengawasi adat.
Kakitangan yang lain iaitu:
a) jurubahasa (walaka)
Jurubasa (Jurubahasa) bertanggungjawab kepada syahbandar Jurubicara di tingkatkadie dalam sistem pemerintahan Kesultanan Buton. menulisnya pangalasa.
b) kapita,sabandara (syahbandar) (kaomu) sebagai otoritas pelabuhan,
jabatan kapita dan sabandara (syahbandar) termasuk pangka, . Jabatan syahbandar amat penting karena peran Buton sebagai pelabuhan transit bagi kapal-kapal dagang lokal dan asing yang berlayar dari pelabuhan-pelabuhan di bagian barat Nusantara (misalnya Surabaya dan Batavia) ke wilayah bagian timurnya (seperti Ternate dan Ambon). Di samping itu, jabatan ini penting, juga karena sumber nafkah orang Buton adalah perdagangan dan pelayaran dengan kepintaran yang cukup tinggi dalam membuat perahu dagang . Namun, seperti di beberapa kerajaan lokal lainnya di Nusantara, jabatan syahbandar Buton juga termasuk kursi “basah” dan sarat dengan penyelewengan.
c) talombo yang membantu bonto ogena (menteri besar) sebagai penyampai maklumat dan pengumuman penting dari sultan,
d) pangalasan yang bertugas membantu bonto ogena dalam mengumpulkan pajak (weti).
Pentadbiran harian Kesultanan Buton dijalankan sepenuhnya oleh pangka dengan Sultan sebagai pimpinan yang tertinggi. Namun, dalam urusan yang penting, antaranya diplomasi ke luar, unsur bonto dan bobato wajib diajak serta dan dibawa berunding.
Jika ada yang salah mohon diluruskan
readmore »»  

benteng keraton "Makna simbolis pada konstruksi Kamali/Istana Malige (Istana Sultan Buton)"

Mengenal Lebih Dekat Makna simbolis pada konstruksi
Kamali/Istana Malige (Istana Sultan Buton) Yaitu :
Mohon Diluruskan Jika Salah Ya...

1. Atap yang disusun sebagai analogi susunan atau letaknya posisi kedua tangan dalam shalat, tangan kanan berada di atas tangan kiri. Pada sisi kanan kiri atap terdapat kotak memanjang berfungsi bilik atau gudang. Bentuk kotak tersebut menunjukkan adanya tanggungjawab Sultan terhadap kemaslahatan rakyat.
2. Balok penghubung yang harus diketam halus adalah penggambaran budi pekertinya orang beriman, sebagai analogi bagi penghuni istana,
3. Tiang Istana di bagi menjadi 3 (tiga) yang pertama disebut Kabelai (tiang tengah), disimbolkan sebagai ke-Esa-an Tuhan yang pencerminannya diwujudkan dalam pribadi Sultan. Kabelai ditandai dengan adanya kain putih pada ujung bagian atas tiang. Penempatan kain putih harus melalui upacara adat (ritual) karena berfungsi sakral. Berikutnya adalah Tiang Utama sebagai tempat meletakkan tada (penyangga). Bentuk tada melambangkan stratifikasi sosial atau kedudukan pemilik rumah dalam Kerajaan/Kesultanan. Tiang lainnya adalah tiang pembantu, bermakna pelindung, gotong royong dan keterbukaan kepada rakyatnya. Ketiga tiang ini di analogikan pula sebagai simbol kamboru-mboru talu palena, yang maksudnya ditujukan kepada tiga keturunan (Kaomu/kaum) pewaris jabatan penting yakni Tanailandu, Tapi-Tapi dan Kumbewaha.
4. Tangga dan Pintu mempunyai makna saling melengkapi. Tangga depan berkaitan dengan posisi pintu depan, sebagai arah hadap bangunan yang berorientasi timur-barat bermakna posisi manusia yang sedang shalat. Pemaknaan ini berkaitan dengan perwujudan Sultan sebagai pencerminan Tuhan yang harus di hormati, dan secara simbolis mengingatkan pada perjalanan manusia dari lahir, berkembang dan meninggal dunia. Berbeda dengan tangga dan pintu belakang yang menghadap utara disimbolkan sebagai penghargaan kepada arwah leluhur (nenek moyang/asal-usul).
5. Lantai yang terbuat dari kayu jati melambangkan status sosial bahwa sultan adalah bangsawan dan melambangkan pribadi sultan yang selalu tenang dalam menghadapi persoalan.
6. Dinding sebagai penutup atau batas visual maupun akuistis melambangkan kerahasian ibarat alam kehidupan dan alam kematian. Dinding dipasang rapat sebagai upaya untuk mengokohkan dan prinsip Islam pada diri Sultan sebagai khalifah.
7. Jendela (bhalo-bhalo bamba) berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara. Pada bagian atasnya terdapat bentuk hiasan balok melintang member kesan adanya pengaruh Islam yang mendalam. Begitu pula pada bagian jendela lain yang menyerupai kubah. dll

Makna simbolis pada Dekorasi Kamali/Istana Malige terbagi dua yakni yang berbentuk hiasan flora dan fauna, diantaranya adalah:

1. Nenas merupakan simbol kesejahteraan yang ditumbuhkan dari rakyat. Secara umum simbol ini menyiratkan bahwa masyarakat Buton agar mempunyai sifat seperti nenas, yang walaupun penuh duri dan berkulit tebal tetapi rasanya manis.
2. Bosu-bosu adalah buah pohon Butun (baringtonia asiatica) mrupakan simbol keselamatan, keteguhan dan kebahagiaan yang telah mengakar sejak masa pra-Islam. Pada pemaknaan yang lain sesuai arti bahasa daerahnya bosu-bosu adalah tempat air menuju pada perlambangan kesucian mengingat sifat air yang suci.
3. Ake merupakan hiasan yang bentuknya seperti patra (daun). Pada Istana Malige Ake dimaksudkan sebagai wujud kesempurnaan dan lambang bersatunya antara Sultan (manusia) dengan Khalik (Tuhan). Konsepsi ini banyak dikenal pada ajaran tasawuf, khususnya Wahdatul Wujud.
4. Kamba/kembang yang berbentuk kelopak teratai melambangkan kesucian. Karena bentuknya yang mirip pula matahari, orang Buton biasa pula menyebutnya lambang Suryanullah (surya=matahari, nullah=Allah). Bentuk ini adalah tempat digambarkannya Kala pada masa klasik, dan merupakan pengembangan Sinar Majapahit pada masa Pra Islam di Buton,
5. Terdapatnya Naga pada bumbungan Atap, melambangkan kekuasaan, dan pemerintahan. Naga adalah Binatang Mitos yang berada di Langit, bukan muncul dari dalam Bumi. Keberadaan Naga mengisahkan pula asal-usul bangsa Wolio ..
6. Terdapatnya Tempayan berlambangkan kesucian. Tempayan ini mutlak harus ada di setiap bangunan kamali maupun rumah rakyat biasa. dll

http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

benteng keraton "BASTION/BALUARA PADA BENTENG KERATON BUTON"

BASTION/BALUARA PADA BENTENG KERATON BUTON
Berhubung banyak yang masing bingung dengan Bastion Pada Benteng Keraton Buton, Baik Itu Bentuk Dan Fungsinya, Maka Admin akan menjabarkan Fungsi dari Bastion Serta Daftar Nama2 Bastion Pada Benteng Keraton Buton..Berikut Salah Satu Contoh Bastion
Kata Bastion berasal dari bahasa portugis yaitu baluer yang berarti bastion. Dari 16 Bastion dua diantaranya memiliki godo yang terletak diatas Bastion tersebut. Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap Bastion memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama Bastion dinamai sesuai dengan nama kampung tempat Bastion tersebut berada. Nama kampung tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton.
16 Nama Bastion yaitu : Bastion gama, Bastion litao, Bastion barangkatopa, Bastion wandailolo, Bastion baluwu, Bastion dete, Bastion kalau, Bastion godona oba, Bastion wajo/bariya, Bastion tanailandu, Bastion melai/baau, Bastion godona batu, Bastion lantongau, Bastion gundu-gundu, Bastion siompu dan Bastion rakia.
Moga bisa menjadi khasanah pengetahuan sejarah buat rekan2 semua

http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

MENGENAL LEBIH DEKAT MATA UANG KESULTANAN BUTON

MENGENAL LEBIH DEKAT MATA UANG KESULTANAN BUTON
(KAMPUA)
PANJANG 140 mm
LEBAR 170 mm
BAHAN KAIN KATUN
"Jika salah mohon di luruskan"
Uang kampua disebut juga bida. Uang ini sangat unik dan langka. Dibuat dengan keterampilan tangan. Cara pembuatannya bukan dicetak tapi ditenun oleh putri-putri istana atau kalangan kerajaan.
Kemungkinan kampua merupakan uang tertua di Pulau Sulawesi.. Menurut legenda, kampua diciptakan pertama kali oleh Ratu Buton yang kedua, Bulawambona. Dia memerintah sekitar abad ke-14.
Keunikan lain uang kampua adalah agar terkendali maka jumlah dan corak uang ini ditentukan oleh ‘panitia’ pimpinan Menteri Besar Kerajaan yang disebut ‘Bonto Ogena’. Dialah yang melakukan pengawasan dan pencatatan atas setiap lembar kain kampua, baik yang telah selesai ditenun maupun yang sudah dipotong-potong.
Pengawasan oleh ‘Bonto Ogena’ juga dimaksudkan agar tidak timbul pemalsuan. Karena itu, hampir setiap tahun motif dan corak kampua selalu diubah-ubah. Hukum pemalsuan memang sangat ketat dan berat. Barang siapa yang ketahuan membuat atau memalsukan uang kampua akan di hukum pancung.
Standar pemotongan kain kampua adalah dengan mengukur lebar dan panjangnya, yakni empat jari untuk lebarnya dan sepanjang telapak tangan mulai dari tulang pergelangan tangan sampai ke ujung jari tangan, untuk panjangnya. Tangan yang dipakai sebagai alat ukur adalah tangan sang ‘Bonto Ogena’ itu sendiri.
Pada awal pembuatannya, standar yang dipakai sebagai nilai tukar untuk satu ‘bida’ (lembar) kampua adalah sama dengan nilai satu butir telur ayam.
Setelah Belanda memasuki wilayah Buton , fungsi kampua sebagai alat tukar lambat laun mulai digantikan oleh uang-uang buatan “Kompeni”. Ditetapkan bahwa nilai tukar untuk 40 lembar kampua sama dengan 10 sen duit tembaga atau setiap empat lembar kampua mempunyai nilai sebesar satu sen.
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

benteng keraton "Pengetahuan Sejarah Kesultanan Buton"

Pengetahuan Sejarah Kesultanan Buton..
LA DINI (SULTAN SYAIFUDDIN)
GELAR OPUTA KABUMBU MALANGA
SULTAN BUTON KE 14
MEMERINTAH 1697-1704
Beliau adalah anak dari Sapati Baluwu. Sapati Baluwu di kenal karna hubungan kedekatan beliau dengan Aru Palaka/La Tondu. Pada masa pemerintahannya terjadi perebutan kekuasaan di Buton yang berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah. La Rabaenga merebut tahta Kesultanan dan melantik dirinya sebagai Sultan Buton menggantikan La Dini. Pada saat kejadian tersebut La Dini Sultan Buton ke 14 sedang berada di Sorawolio. La Dini segera kembali ke Kepusat Kesultanan Buton setelah mendengar bahwa telah terjadi perebutan kekuasaan di Pusat Pemerintahan Kesultanan Buton. Kepulangan La Dini ini setelah 7 hari pelantikan La Rabaenga sebagai Sultan Buton..Sekembalinya La Dini ke Pusat Pemerintahan Kesultanan Buton membuat La Rabaengan ketakutan dan meninggalkan Buton bersama pasukan pengawalnya dan lari menuju Bone..Inilah alasan mendasar mengapa La Rabaenga hanya memerintah Kesultanan Buton hanya selama 7 harin sesuai posting admin beberapa hari lalu perihal Sultan Buton yg hanya memerintah dalam jangka waktu singkat (7 Hari)..
readmore »»  

benteng keraton"sejarah DOLE-DOLE"

DOLE-DOLE
Tradisi Masyarakat Buton Yang Merupakan Warisan Kesultanan Buton

Dole-Dole merupakan salah satu bentuk tradisi budaya yang dilaksanakan atas lahirnya seorang anak. Selain itu juga sebagai bentuk pengobatan tradisional. Menurut kepercayaan, anak yang telah di Dole-Dole akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Prosesinya sang anak diletakan diatas nyiru yang dialas dengan daun pisang yang diberi minyak kelapa. Selanjutnya anak tersebut digulingkan diatasnya sehingga seluruh badan anak tersebut berminyak. Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Rajab, Sya'ban dan setelah lebaran sebagai waktu yang dianggap baik.
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

benteng keraton "BASTION/BALUARA PADA BENTENG KERATON BUTON"

BASTION/BALUARA PADA BENTENG KERATON BUTON
Berhubung banyak anggota group yang masing bingung dengan Bastion Pada Benteng Keraton Buton, Baik Itu Bentuk Dan Fungsinya, Maka Admin akan menjabarkan Fungsi dari Bastion Serta Daftar Nama2 Bastion Pada Benteng Keraton Buton..Berikut Salah Satu Contoh Bastion
Kata Bastion berasal dari bahasa portugis yaitu baluer yang berarti bastion. Dari 16 Bastion dua diantaranya memiliki godo yang terletak diatas Bastion tersebut. Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap Bastion memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama Bastion dinamai sesuai dengan nama kampung tempat Bastion tersebut berada. Nama kampung tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton.
16 Nama Bastion yaitu : Bastion gama, Bastion litao, Bastion barangkatopa, Bastion wandailolo, Bastion baluwu, Bastion dete, Bastion kalau, Bastion godona oba, Bastion wajo/bariya, Bastion tanailandu, Bastion melai/baau, Bastion godona batu, Bastion lantongau, Bastion gundu-gundu, Bastion siompu dan Bastion rakia.
Moga bisa menjadi khasanah pengetahuan sejarah buat rekan2 semua
readmore »»  

benteng keraton "Acara Menyambut Wisatawan Asing Saat Berkunjung Ke Tanah Buton"

Acara Kande Kandea Menyambut Wisatawan Asing Saat Berkunjung Ke Tanah Buton...Satu Bukti Daya Tarik Tanah Buton Terhadap Wisatawan Asing Yang Kaya Akan Tradisi dan Budaya...Jadi Ga Perlu Ragu Lagi Mengunjungi Tanah Buton Dengan Pesona Budaya dan Alamnya...
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

benteng keraton “Warisan Kesultanan Buton”

Buton “Warisan Kesultanan Buton”
Sebuah Negeri Dengan Sistem Pemerintahan Kesultanan Buton
Sebuah Negeri Yang Penuh Dengan Misteri
Sebuah Negeri Dengan Peradaban Demokrasi Tertua Di Dunia
Sebuah Negeri Dengan Sumber Daya Alam Terbesar Di Dunia
Sebuah Negeri Yang Kaya Akan Tradisi Dan Budaya
Sebuah Negeri Yang Diwariskan Untuk Kemakmuran Anak Cucunya Kelak
Sebuah Negeri Yang Tidak Pernah Dijajah Dan Dikuasai Oleh Negara Manapun Dimasa Lalu
Sebuah Negeri Yang Dibangun Dan Dipertahankan Dari Ambisi Negara Manapun Dimasa Lalu Demi Kesejahteraan Anak Cucunya Kelak..

Benteng Keraton Buton “Benteng Terluas Di Dunia” Sebagai Bukti Dan Fakta Akan Kemampuan Leluhur Kita Di Masa Lalu
Sisitem Pemilihan Sultan Buton Sebagai Bukti dan Fakta Bahwa Butonlah Yang Memiliki “Peradaban Demokrasi Tertua Di Dunia”
Sumber Daya Alam Berupa Aspal Sebagai Bukti dan Fakta Bahwa Buton Memilki Kekayaan Alam Terbesar Di Dunia
Hutan Lambusango Sebagai Paru Paru Dunia
Sejarah Kesultanan Buton Yang Tidak Pernah Di Jajah Oleh Negara Manapun Sebagai Bukti Kemampuan Strategis Luar Biasa dan Buton Menjadi Satu-Satunya Negeri Di Indonesia Yang Tidak Pernah Di Jajah Oleh Negara Manapun
Tenaga dan Pikiran Telah Di Korbankan Leluhur Kita Untuk Berkarya dan Menjaga Semua Kekayaan Alam dari Ambisi Duniawi Negara Manapun Demi Kesejahateraan Anak Cucunya Kelak…
Mereka Para Leluhur Kita Hanya Berpesan “Tugas Kami Hanya Membangun dan Menjaga, Semoga Apa Yang Kami Wariskan Utk Kalian Semua Bisa Bermanfaat Untuk Kehidupan Dunia Dan Akhiratmu Kelak Wahai Anak Cucuku”
Semoga Tulisan Di Atas Mampu Menggugah Hati Kita Sebagai Masyarakat Buton Untuk Lebih Mencintai Daerah Kita Ini, Menjaga Dan Melestarikan Warisan Kesultanan Buton Serta Tanpa Lelah Mengenalkan Ke Masyarakat Luas Akan Kekayaan Khasanah Budaya Warisan Kesultanan Buton…

sumber: facebook "By Kaos Benteng Keraton Buton"
readmore »»  

benteng keraton "Pekapera"

Pekapera
Salah Satu Perlengkapan Acara Adat Masyarakat Keraton (Yang Berdomisili Di Dalam Kawasan Benteng Keraton Buton) Yang Berfungsi Sebagai Tempat Membuang Ludah Utk Imam Masjid Agung Keraton Buton dan Lakina Agama Masjid Agung Keraton Buton..Tradisi Adat Ini Masih Tetap Berlangsung Sampai Sekarang...
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

QUNUA Tradisi Warisan Kesultanan Buton

Merupakan ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat buton pada 16 malam Bulan Ramadhan (15 hari puasa). Prosesinya dimulai dengan pelaksanaan Shalat Tarwih bersama di Masjid Agung Keraton Buton sebanyak 27 rakaat yang dimulai pada jam 00.00 tengah malam. Setelah selesai shalat lalu dengan duduk berhadap-hadapan antara Pemerintah, syarana hukumu dan masyarakat yang dilanjutkan sahur bersama dengan berbagai menu makanan tradisional khas Buton
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

Kasulana Tombi Tiang Bendera Kesultanan Buton

Kasulana Tombi
Tiang Bendera Kesultanan Buton

Berhubung Rekan2 Group Masih Banyak Yang Bertanya Perihal Kasulana Tombi (Tiang Bendera) Maka Admin Akan Menguraikan Ulang Tiang Bendera Kesultanan Buton..
Didirikan pada akhir abad ke 17 pada masa pemerintahan Sultan Sakiuddin Darul Alam
Fungsi Tiang Bendera untuk mengibarkan Bendera Kesultanan Buton Yang bernama Longa-Longa
Bahan Tiang Bendera dari Kayu Jati dengan ketinggian 21 meter dari permukaan tanah..
Pada tahun 1870-an Masa Pemerintahan Sultan Muhammad Isa Kaimuddin tiang bendera ini disambar petir sehingga mengalami kerusakan…Setelah perbaikan, tiang bendera masih berdiri kokoh hingga saat ini

http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

readmore »»  

BAHASA WOLIO RIWAYAT MU DULU

BAHASA WOLIO RIWAYAT MU DULU.
Bahasa Wolio pada masa kesultanan berfungsi sebagai Lingua Franca sekaligus sebagai bahasa resmi kesultanan. Namun demikian, keberadaan (BW) pada saat itu hanya eksis ditingkat pemerintahan dan tidak menyentuh lapis masyarakat bawa.
Sejarah (BW) seperti halnya sejarah bahasa Perancis di daratan Eropa. Pada tahun 1066 M, Perancis menduduki Inggris dan bahasa Perancis segera menjadi bahasa atau alat komunikasi dikalangan para pemegang tampuk pimpinan kekuasaan di Inggris Raya saat itu. Selama kurang lebih 200 tahun bahasa Perancis berperan di daratan Britania Raya tapi karena bahasa ini tidak menyentuh masyarakat lapis bawa, maka secara perlahan bahasa Perancis kehilangan peran bahkan ditinggalkan.
“In the year 1066 soldiers from France attacked England. French became the language of England. For about two hundred years French was the most important language. Most of the poor people did not learn French. They still used English. English slowly became more importan again”.
Pada tahun 1066 tentara Perancis menyerang dan menduduki Inggris. Bahasa Perancis menjadi bahasa di daratan Inggris. Selama kurang lebih 200 tahun bahasa Perancis memegang peranan penting. Namun demikian, pada umumnya masyarakat lapisan bawah Inggris tidak mempelajari/menggunakan bahasa Perancis. Mereka tetap menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Inggris secara perlahan menjadi penting lagi.
Kalau Bahasa perancis kembali hanya digunakan oleh masyarakat Perancis di negara Perancis setelah mereka tidak lagi berkuasa di daratan Eropa, maka (BW) kembali hanya digunakan oleh orang Wolio setelah Kesultanan Buton melebur ke dalam (NKRI) tahun 1960.
Peran (BW) sebagai lingua franca secara perlahan diambil alih oleh (BI). Di sisi lain etnik lainnya di kawasan kesultanan Buton juga mempunyai bahasa daerah masing-masing. Dengan demikian (BW) terdesak dari dua arah, dari luar terdesak oleh (BI) dan dari arah dalam terdesak oleh (BD) lain yang ada di kawasan Kesultanan Buton.
Kalau dulu masyarakat kesultanan Buton menyebut (BW) sebagai bahasa Buton maka sekarang penyebutan bahasa Buton tidak lagi relevan dan kadang mengundang perdebatan di kalangan masyarakat Buton sendiri. Hal ini terimbas pula pada penyebutan bukti sejarah kesultanan Buton, misalnya: Benteng Keraton Buton menjadi Benteng Keraton Wolio. Penyebutan Benteng Keraton Buton menjadi Benteng Keraton Wolio bermula setelah Baubau memperoleh status kota pada tanggal 21 Juni 2001. Namun hal ini, masih menjadi perdebatan dikalangan masyarakat Buton sendiri, mungkin masyarakat tidak rela penyebutan nama benteng yang menjadi kebanggaan mereka bersama tersebut di sebut “Benteng Keraton Wolio”. Sebagai manifestasi ketidakrelaan masyarakat tersebut, pada tgl 14 Desember 2015, pemerintah dan masyarakat kota Baubau serta pemerintah dan masyarakat kabupaten Buton secara bersama-sama mengadakan festifal dengan acara utama, menutup benteng terluas di dunia tersebut dengan sarung tenun Buton. Mungkin, cara ini dipandang sebagai solusi untuk mengatakan bahwa benteng tersebut adalah milik bersama.
Bagaimana dengan nasib bahasa Wolio? Apakah masyarakat eks kesultanan Buton masih menganggap BAHASA WOLIO equals to BAHASA BUTON? Sangwaktulah yang akan menjawabnya
readmore »»  

MENGENAL LEBIH DEKAT PELAKSANAAN SHOLAT JUMAT DI MASJID AGUNG KERATON BUTON

MENGENAL LEBIH DEKAT PELAKSANAAN SHOLAT JUMAT
DI MASJID AGUNG KERATON BUTON
Salat Jum’at adalah momen yang selalu dimanfaatkan para syara atau pengurus agama di lingkungan Benteng Keraton Buton untuk bertemu dengan jamaah masjid terutama warga di lingkungan Benteng Keraton Buton. Dahulu masjid ini menjadi tempat pertemuan Sultan dan perangkat adat dengan rakyat.
Di bagian depan masjid terdapat dua ruang. Satu ruangan untuk Sultan dan satu lagi untuk Sultan Batin atau lakina agama. Setelah Kesultanan Buton berakhir Masjid Agung Keraton Buton hanya memiliki Lakina Agama, Imamu Masjid, Khatibi Masjid, Moji dan Tungguna Ganda, Fungsi Bale depanpun sekarang hanya digunakan Oleh Imam..
Panggilan ketiga beduk telah terdengar tanda waktu salat Jum’at telah tiba. Di bale depan, imamu masjid masih berzikir untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Tata cara seperti ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Imamu masjid benar-benar mempersiapkan diri dan batinnya sebelum berhadapan dengan jamaahnya.
Setelah melaksanakan shalat tahiyatul masjid, imamu masjid langsung memasuki mihrab. Salat Jum’at pun segera dimulai.Terdengar alunan suara Adzan yang di kumandangkan oleh 4 orang Moji..Setalah itu Khotbah salah seorang syara agama merupakan momen pembekalan batin.
Masyarakat Benteng Keraton Buton percaya doa dan harapan yang disampaikan khatib akan membuahkan keselamatan bagi para jamaah karena setiap musibah yang dialami warga di pekan depan biasanya akan menjadi kesalahan sang khatib.
readmore »»  

LUAS WILAYAH KESULTANAN BUTON

LUAS WILAYAH KESULTANAN BUTON
(Jika Salah Mohon Diluruskan)
Wilayah Kesultanan Buton (121,40° dan 124,50° LS; 4,20° dan 6,20° BT) meliputi gugusan kepulauan di jazirah tenggara Pulau Sulawesi, yaitu Pulau Buton (di sini terletak kota Bau-Bau dimana istana kerajaan dibina), Pulau Muna (atau Woena atau Pancano), Pulau Kabaena, Pulau-pulau kecil antara Pulau Buton dan Muna (yaitu Pulau Tiworo, Tikola, Tobeya Besar dan Tobeya Kecil, Makassar [Liwotu], Kadatua [Kadatowang], Masiring, Bata Oga, Siompu, Talaga Besar dan Talaga Kecil), Kepulauan Tukang Besi (terdiri atas Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko), Poleang dan Rumbia di jazirah Sulawesi Tenggara, Pulau Wowoni, dan sejumlah pulau kecil lainnya yang terletak di sela-sela pulau tersebut...
readmore »»  

HAMIM SULTAN BUTON KE 21

MENGENAL LEBIH DEKAT SOSOK HAMIM
SULTAN BUTON KE 21
MEMERINTAH TAHUN 1752 - 1759
Hamim dikenal dengan gelar Sultan Sakiyuddin. Hamim adalah putra dari Langkariri (Sultan Buton Ke-19). Hamim diangkat menjadi sultan setelah La Karambau diturunkan dari kedudukan sultan buton, akibat tindakannya yang membantu seorang juru bahasa di Bulukumba dalam pengrusakan kapal Belanda "Rust en Werk" di Pelabuhan Baubau. Perbuatan La Karambau, menjadi dasar perjuangan Sultan Hamim untuk melepaskan diri dari ikatan perjanjian dengan Belanda yang merugikan Buton. Akibat perbuatan La Karambau, Buton dua kali melakukan pembayaran ganti rugi kepada Belanda..Pembayaran dua kali ganti rugi yang dilakukan oleh Buton kurang memuaskan Belanda dan akhirnya Pada Tanggal 25 Februari 1755 Belanda menyerang Buton. Peristiwa ini di kenal dengan nama "Zamani Kaheruna Walanda" yang berarti "Zaman Keributan Belanda". Pada Perang tersebut Sultan Hamim kehilangan dua putra yang tewas dalam pertempuran melawan Belanda yaitu La Ode Lawa dan La Ode Hade. Sultan Hamim Wafat pada tanggal 29 Agustus 1759..
readmore »»  

Daftar raja dan sultan BUTON

Berikut ini daftar raja dan sultan yang pernah berkuasa di Buton. Gelar raja menunjukkan periode pra Islam, sementara gelar sultan menunjukkan periode Islam.
Raja-raja:
1. Rajaputri Wa Kaa Kaa (Pertengahan Abad XIV)
2. Rajaputri Bulawambona (Akhir Abad XIV)
3. Raja Bancapatola/Bataraguru (Awal Abad XV)
4. Raja Tuarade (Akhir Abad XV)
5. Rajamulae (Awal Abad XVI)
6. Raja Murhum (1538-1558)
Sultan-sultan:
1. Lakilaponto (Murhum) / Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis (1558-1584 M)
2. La Tumpamasi / Sultan Kaimuddin (1584-1591)
3. La Sangaji / Sultan Kaimuddin (1591-1597 M)
4. La Elangi / Sultan Dayanu Ikhsanuddin (1597-1631 M)
5. La Balawo / Sultan Abdul Wahab (1631-1632)
6. La Buke / Sultan Gafurul Wadudu (1632-1645)
7. La Saparigau (1645-1647 M)
8. La Cila / Sultan Mardan Ali (1647-1654 M)
9. La Awu / Sultan Malik Sirullah (1654-1664 M)
10. La Simbata / Sultan Adilil Rakhim (1664-1669 M)
11. La Tangka Raja / Sultan Dayanu Kaimuddin (1669-1672 M)
12. La Tumpamana / Sultan Zainuddin (1680-1688 M)
13. La Umati / Sultan Liyauddin Ismail (1688-1695 M)
14. La Dini / Sultan Syaifuddin (1695-1702 M)
15. La Rabaenga / Sultan Syaiful Rijali (1702 M)
16. La Sadaha / Sultan Syamsuddin (1702-1709 M)
17. La Ibi / Sultan Nasiruddin (1709-1711 M)
18. La Tumparasi / Sultan Muzhiruddin Abdul Rasyid (1711-1712M)
19. Langkariri / Sultan Sakiyuddin Durul Alam (1712-1750 M)
20. La Karambau / Sultan Himayatuddin Muh. Saidi (1750-1752 M)
21. Hamim / Sultan Sakiyuddin (1752-1759 M)
22. La Maani / Sultan Rafiuddin (1759-1760 M)
23. La Karambau / Sultan Himayatuddin Muh. Saidi (1760-1763 M)
24. La Jampi / Sultan Kaimuddin (1763-1788 M)
25. La Masalalamu / Sultan Alimuddin (1788-1791 M)
26. La Kopuru / Sultan Muhayuddin Abdul Gafur (1791-1799 M)
27. La Badaru / Sultan Dayanu Asraruddin (1799-1822 M)
28. La Dani / Sultan Muh. Anharuddin (1822-1823 M)
29. La Ode Muh. Idrus / Sultan Muh. Idrus Kaimuddin (1824-1851 M)
30. La Ode Muh. Isa / Sultan Muh. Isa Kaimuddin (1851-1871 M)
31. La Ode Muh. Salihi / Sultan Muh.Salihi Kaimuddin (1871-1885 M)
32. La Ode Muh. Umar / Sultan Muh. Umar Kaimuddin (1886-1904 M)
33. La Ode Muh. Asikin / Sultan Muh. Adilil Rakhim (1906-1911 M)
34. La Ode Muh. Husain / Sultan Muh. Husaini Dayanu Ikhsanu Kaimuddin (1914 M)
35. La Ode Muh. Ali / Sultan Muh. Ali Kaimuddin (1918-1921 M)
36. La Ode Muh. Syafiu / Sultan Muh. Syafiul Anami (1922-1924 M)
37. La Ode Muh. Hamidi / Sultan Muh. Hamidi Kaimuddin (1927-1937 M)
38. La Ode Muh. Falihi / Sultan Muh. Falihi Kaimuddin (1938-1960 M).
Semoga Bermanfaat Buat Semua Anggota Group…
Mohon di Koreksi Jika Ada Kesalahan...
readmore »»  

Struktur Masyarakat Buton Di Era Kesultanan Buton Pada Zaman Dulu

Struktur Masyarakat Buton
Di Era Kesultanan Buton Pada Zaman Dulu

Admin sengaja menulis Struktur Masyarakat Buton Di Era Kesultanan Buton Karna Banyak Rekan2 Anggota Group Yang Masih Bingung Akan Istlah Kaomu, Walaka dan Seterusnya..

1. Kaomu atau Kaumu (kaum ningrat), yaitu keturunan garis bapak dari pasangan raja pertama. Laki-laki dari golongan ini mempunyai nama depan La Ode dan wanitanya Wa Ode.
2. Walaka, yaitu keturunan menurut garis bapak dari Founding Fathers Kerajaan buton (mia patamiana). Mereka termasuk elit penguasa. Melalui sistem tertentu, lelaki Kaomu boleh menikahi perempuan Walaka.
3. Papara atau disebut juga “orang gunung” , yaitu anggota masyarakat biasa yang tinggal di wilayah kadie (desa) dan masih merdeka. Mereka disebut juga budak adat dan dipertimbangkan untuk menduduki jabatan tertentu di wilayah kadie, tetapi sama sekali tidak mempunyai jalan kepada kekuasaan di pusat.
4. Babatua (budak) yang berhak diperjualbelikan atau dijadikan hadiah
5. Analalaki dan Limbo. Mereka adalah golongan kaomu dan walaka yang diturunkan darjatnya kerana melakukan kesalahan sosial dan berlaku tidak pantas sesuai dengan status sosialnya
readmore »»