BAHASA WOLIO RIWAYAT MU DULU

BAHASA WOLIO RIWAYAT MU DULU.
Bahasa Wolio pada masa kesultanan berfungsi sebagai Lingua Franca sekaligus sebagai bahasa resmi kesultanan. Namun demikian, keberadaan (BW) pada saat itu hanya eksis ditingkat pemerintahan dan tidak menyentuh lapis masyarakat bawa.
Sejarah (BW) seperti halnya sejarah bahasa Perancis di daratan Eropa. Pada tahun 1066 M, Perancis menduduki Inggris dan bahasa Perancis segera menjadi bahasa atau alat komunikasi dikalangan para pemegang tampuk pimpinan kekuasaan di Inggris Raya saat itu. Selama kurang lebih 200 tahun bahasa Perancis berperan di daratan Britania Raya tapi karena bahasa ini tidak menyentuh masyarakat lapis bawa, maka secara perlahan bahasa Perancis kehilangan peran bahkan ditinggalkan.
“In the year 1066 soldiers from France attacked England. French became the language of England. For about two hundred years French was the most important language. Most of the poor people did not learn French. They still used English. English slowly became more importan again”.
Pada tahun 1066 tentara Perancis menyerang dan menduduki Inggris. Bahasa Perancis menjadi bahasa di daratan Inggris. Selama kurang lebih 200 tahun bahasa Perancis memegang peranan penting. Namun demikian, pada umumnya masyarakat lapisan bawah Inggris tidak mempelajari/menggunakan bahasa Perancis. Mereka tetap menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Inggris secara perlahan menjadi penting lagi.
Kalau Bahasa perancis kembali hanya digunakan oleh masyarakat Perancis di negara Perancis setelah mereka tidak lagi berkuasa di daratan Eropa, maka (BW) kembali hanya digunakan oleh orang Wolio setelah Kesultanan Buton melebur ke dalam (NKRI) tahun 1960.
Peran (BW) sebagai lingua franca secara perlahan diambil alih oleh (BI). Di sisi lain etnik lainnya di kawasan kesultanan Buton juga mempunyai bahasa daerah masing-masing. Dengan demikian (BW) terdesak dari dua arah, dari luar terdesak oleh (BI) dan dari arah dalam terdesak oleh (BD) lain yang ada di kawasan Kesultanan Buton.
Kalau dulu masyarakat kesultanan Buton menyebut (BW) sebagai bahasa Buton maka sekarang penyebutan bahasa Buton tidak lagi relevan dan kadang mengundang perdebatan di kalangan masyarakat Buton sendiri. Hal ini terimbas pula pada penyebutan bukti sejarah kesultanan Buton, misalnya: Benteng Keraton Buton menjadi Benteng Keraton Wolio. Penyebutan Benteng Keraton Buton menjadi Benteng Keraton Wolio bermula setelah Baubau memperoleh status kota pada tanggal 21 Juni 2001. Namun hal ini, masih menjadi perdebatan dikalangan masyarakat Buton sendiri, mungkin masyarakat tidak rela penyebutan nama benteng yang menjadi kebanggaan mereka bersama tersebut di sebut “Benteng Keraton Wolio”. Sebagai manifestasi ketidakrelaan masyarakat tersebut, pada tgl 14 Desember 2015, pemerintah dan masyarakat kota Baubau serta pemerintah dan masyarakat kabupaten Buton secara bersama-sama mengadakan festifal dengan acara utama, menutup benteng terluas di dunia tersebut dengan sarung tenun Buton. Mungkin, cara ini dipandang sebagai solusi untuk mengatakan bahwa benteng tersebut adalah milik bersama.
Bagaimana dengan nasib bahasa Wolio? Apakah masyarakat eks kesultanan Buton masih menganggap BAHASA WOLIO equals to BAHASA BUTON? Sangwaktulah yang akan menjawabnya